Setiap manusia pasti memiliki kekaguman terhadap orang lainnya, seperti Ayahnya, Ibunya, Kakaknya, atau mungkin temannya. Saya sendiri pun memiliki orang yang sangat saya kagumi, yaitu ibu saya. Ibu saya adalah pribadi yang sabar. Mungkin jika ada kompetisi yang memperlombakan kesabaran ia akan menjadi juara satu sedunia.
Kami, anak – anaknya ibu adalah empat bersaudara. Seperti pada umumnya, ketika beranjak memasuki masa remaja sifat buruk seorang anak akan lebih dominan dari sifat baiknya. Masa-masa seperti itu adalah masa ketika seorang anak mencari jati dirinya. Ketika orang lain mulai tidak bisa mentolerir sifat buruk kami berempat, ibu masih percaya kami bisa berubah menjadi lebih baik.
Pernah suatu malam ibu menangis dalam doanya setelah ia sholat. Ibu mengadu kepada tuhan tentang ketidak sanggupannya menghadapi kami. Seketika ibu pernah meminta kepada tuhan bahwa ia ingin dikembalikan ke sisi-Nya lebih cepat karena kenakalan kami sudah begitu keterlaluan.
Setelah malam itu kami mulai sadar. Perlahan – lahan kami mulai mencoba menata kembali senyum ibu. Kami berempat saling mengingatkan ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan yang sekiranya dapat mengembalikan senyum ibu. Perlahan-lahan senyum ibu pun mulai kembali. Tawa bahagianya menggema seperti mendengar musik klasik karya Bethoven. Alunan nadanya membuat pendengarnya tersenyum mendengarnya.
Saya ingin sekali belajar melukis sehingga bisa menggambar ibu dengan sempurna. Saya ingin melukis senyum ibu. Senyuman ibu sangat indah. Menenangkan, menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar